Apa
itu filsafat?
Filsafat dimulai dari rasa ingin tahu dan dari rasa ragu-ragu. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah diketahui dan apa yang belum diketahui. Karakteristik berfikir filsafat adalah sifat menyeluruh. Seorang ilmuwan tidak puas hanya mengenal ilmu dari segi pandang ilmu itu sendiri, tapi ingin melihat hakikat ilmu dalam konsentrasi pengetahuan yang lainnya.
Dalam
kehidupan manusia filsafat tidak terpisahkan, karena sejarahnya yang panjang
dan juga karena ajaran filsafat malahan menjangkau masa depan umat manusia
dalam bentuk-bentuk ideologi. Pembangunan dan pendidikan yang dilakukan oleh
suatu bangsa pun bersumber pada inti sari ajaran filsafat. Oleh karena itu
filsafat telah menguasai kehidupan umat manusia, manjadi norma Negara menjadi filsafat
hidup suatu bangsa
Filsafat adalah suatu lapangan pemikiran dan
penyelidikan manusia yang amat luas (komprehensif). Filsafat menjangkau semua
persoalan dalam daya kemampuan pikir manusia. Filsafat mencoba mengerti, menganalisis,
menilai dan menyimpulkan semua persoalan-persoalan dalam jangkauan rasio
manusia, secara kritis, rasional dan mendalam. Kesimpulan-kesimpulan filsafat
manusia yang selalu cenderung memiliki watak subjektivitas.
Faktor inilah yang melahirkan aliran-aliran filsafat
dan perbedaan-perbedaan dalam filsafat. Dapat disimpulkan filsafat adalah ilmu
pengetahuan hasil pemikiran manusia dari seperangkat masalah mengenai
ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga diperoleh budi pekerti. Adapun
tujuan berfilsafat adalah untuk mencari kebenaran sesuatu baik dalam
logika (kebenaran berfikir),
etika(berperilaku), maupun metafisika(hakikat keaslian). Dari periode ke
periode. filsafat mampu terus tumbuh dan melewati batasan-batasan ruang dan
waktu yang rumit dan sulit dijelaskan.
Filsafat
selalu eksis sehingga dalam situasinya yang terburuk dan tergelap, ia selalu
mampu hadir menjadi sesuatu yang berlimpah serta mengagumkan siapa pun yang
memahaminya. Begitulah dari waktu ke waktu, filsafat terus menerus berkembang
sesuai dengan perkembangan-perkembangan dan perubahan-perubahan yang terjadi
pada dunia manusia, termaksud salah satunya sesuatu yang begitu pragmatis
bernama pendidikan. Sesuatu yang jika dilacak pun sesungguhnya memiliki akar
gen yang sama dengan berbagai bidang lainnya, lahir dan bermula dari filsafat.
Oleh karena itu, relevan jika pendidikan tidak lain
adalah spekulasi filsafat akan hidup manusia. Tepatnya saat filsafat menemukan
satu pandangan bahwa hidup manusia harus baik,bermakna,dan makin berkualitas. Pada
periode-periode awal perkembangannya, pendidikan tidak hidup secara terpisah
dari filsafat, pendidikan justru menjadi bagian yang masuk dalam filsafat
karena pendidikan adalah bidang yang lahir dalam ruang etika atau filsafat
nilai. Oleh karena itu, apa yang hendak dicapai oleh pendidikan selalu menjadi
hal yang tak berbeda dengan apa yang hendak dicapai oleh etika, yaitu berupaya
membangun hidup manusia baik dalam makna abstrak, yaitu dalam ruang kesadaran
ataupun makna empiris atau dalam ruang-ruang yang bersifat mekanis.
Dalam kepentingan itulah, pendidikan kemudian lahir
sebagai proses pengajaran atau transformasi nilai-nilai keteladanan hidup di
satu sisi dan peningkatan nilai-nilai keteladanan hidup di sisi yang lain.
Makna pendidikan di dalam filsafat tidak pernah menjadi sesuatu yang lain
selain sebuah upaya untuk membangun tata hidup dan berkehidupan manusia yang
ada. Makna fungsi ini memiliki kemiripan yang hampir sama dengan makna fungsi ilmu
dan pengetahuan bagi hidup manusia, yaitu membangun hidup manusia semakin baik
dan ideal di satu sisi, dan mampu menjaga kualitas-kualitas hidup yang telah
dicapai di sisi yang lain.
Dari itu, secara genealogi-histori, pendidikan pada dasarnya bukanlah sesuatu hal yang baru sehingga ia dapat diklaim sebagai temuan manusia modern, sebaliknya pendidikan adalah sesuatu yang sudah tua dan klasik, setua usia filsafat, karena pendidikan merupakan bagian dari filsafat.
Dari itu, secara genealogi-histori, pendidikan pada dasarnya bukanlah sesuatu hal yang baru sehingga ia dapat diklaim sebagai temuan manusia modern, sebaliknya pendidikan adalah sesuatu yang sudah tua dan klasik, setua usia filsafat, karena pendidikan merupakan bagian dari filsafat.
Apa
itu Filsafat
Pendidikan?
Filsafat ilmu
adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk
memperolehnya. Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses penyelidikan ilmiah
itu sendiri. The Liang Gie mendefinisikan filsafat ilmu sebagai segenap
pemikiran reflektif terhadap persoalan mengenai segala hal yang menyangkut
landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.
Apabila kehidupan berpengetahuan itu diibaratkan sebuah pohon maka filsafat
adalah akarnya, yaitu bagian yang berhyubungan langsung dengan sumber kehidupan
pohon itu, sedangkan batang, dahan, ranting, daun, bunga, dan buah menjadi
bahan kajian ilmu pengetahuan
Pelaksanaan
pembinaan. Menurut Hasan Langgulung, filsafat pendidikan merupakan teori atau
ideologi pendidikan yang muncul dari sikap filsfat seorang pendidik dari
pengalaman-pengalaman dan pendidikan. Jadi, filsafat pendidikan adalah ilmu
pendidikan yang bersendikan filsafat atau filsafat yang diterapkan dalam usaha pemikiran dan pemerahan mengenai masalah pendidikan.
Filsafat
pendidikan adalah ilmu filsafat yang mengambil objek kajian tentang pendidikan.
Filsafat dikatakan sebagai induk atau ibu dari ilmu-ilmu karena filsafat
menguji ilmu-ilmu yang ada di bawahnya. Demikian juga dengan pendidikan,
pendidikan adalah ilmu yang lahir dari rahim filsafat, pendidikan bukanlah
suatu hal yang baru sehingga dapat diklaim sebagai temuan manusia modern,
tetapi pendidikan adalah sesuatu yang sudah lama ada bahkan setua usia filsafat
karena pendidikan merupakan bagian dari filsafat. Jadi dapat disimpulkan bahwa
filsafat pendidikan adalah filsafat terapan dimana cara pandang filsafat masuk
dan mengambil objek pendidikan sebagai materi kajiannya. tugas filsafat
pendidikan itu membantu para pendidik berpikir secara bermakna tentang
totalitas pendidikan dan proses hidup sehingga mereka selalu berada dalam
posisi yang tepat dan dapat mengembangkan program yang konsisten serta
menyeluruh sehingga para pelajar mampu menjadi diri manusia yang berkualitas
Peranan Filsafat
Pendidikan
Peranan filsafat pendidikan dapat ditinjau dari tiga hal, yaitu:
1. Metafisika
Peranan filsafat pendidikan dapat ditinjau dari tiga hal, yaitu:
1. Metafisika
Metafisika
merupakan bagian filsafat yang mempelajari masalah hakekat: hakekat dunia,
hakekat manusia, termasuk di dalamnya hakekat anak (dalam hal ini peserta
didik). Metafisika secara praktis akan menjadi persoalan utama dalam
pendidikan. Karena anak bergaul dengan dunia sekitarnya, maka ia memiliki
dorongan yang kuat untuk memahami tentang segala sesuatu yang ada. Memahami
filsafat ini diperlukan secara detil untuk mengetahui tujuan pendidikan.
Seorang guru seharusnya tidak hanya tahu tentang hakekat dunia dimana ia tinggal, tetapi harus tahu hakekat manusia, khususnya hakekat anak yang menjadi peserta didiknya. Hakekat manusia yang perlu dipahami dalam hal ini adalah: (a) Manusia adalah makhluk jasmani rohani, (b) Manusia adalah makhluk individual sosial, (c) Manusia adalah makhluk yang bebas, (d) Manusia adalah makhluk yang bersejarah.
Seorang guru seharusnya tidak hanya tahu tentang hakekat dunia dimana ia tinggal, tetapi harus tahu hakekat manusia, khususnya hakekat anak yang menjadi peserta didiknya. Hakekat manusia yang perlu dipahami dalam hal ini adalah: (a) Manusia adalah makhluk jasmani rohani, (b) Manusia adalah makhluk individual sosial, (c) Manusia adalah makhluk yang bebas, (d) Manusia adalah makhluk yang bersejarah.
2
.Epistemologi
Kumpulan
pertanyaan berikut yang berhubungan dengan para guru adalah epistemologi (filsafat pengetahuan).
Pengetahuan apa yang benar? Bagaimana mengetahui itu berlangsung? Bagaimana
kita mengetahui bahwa kita mengetahui? Bagaimana kita memutuskan antara dua
pandangan pengetahuan yang berlawanan? Apakah kebenaran itu konstan, ataukah
kebenaran itu berubah dari situasi satu ke situasi lainnya? dan akhirnya pengetahuan
apakah yang paling berharga?
Bagaimana
menjawab pertanyaan epistemologis tersebut, itu akan memiliki implikasi untuk
pendekatan kurikulum dan pengajaran. Pertama guru harus menentukan apa yang
benar mengenai muatan yang diajarkan, kemudian guru harus menentukan alat/media
yang paling tepat untuk membawa muatan ini bagi siswa. Meskipun ada banyak cara
mengetahui, setidaknya ada lima cara mengetahui sesuai dengan minat/kepentingan
masing-masing guru, yaitu mengetahui berdasarkan otoritas, wahyu Tuhan,
empirisme, nalar, dan intuisi.
Guru
tidak hanya perlu mengetahui bagaimana siswa memperoleh pengetahuan, melainkan
juga bagaimana siswa belajar. Dengan demikian epistemologi (filsafat pengetahuan). memberikan sumbangan
bagi teori pendidikan dalam menentukan kurikulum. Pengetahuan apa yang harus
diberikan kepada anak dan bagaimana cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut,
begitu juga bagaimana cara menyampaikan pengetahuan tersebut.
3.
Aksiologi
Cabang
filsafat yang membahas nilai baik dan nilai buruk, indah dan tidak indah, erat
kaitannya dengan pendidikan, karena dunia nilai akan selalu dipertimbangkan
atau akan menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan tujuan pendidikan.
Langsung atau tidak langsung, nilai akan menentukan perbuatan pendidikan. Nilai
merupakan hubungan sosial. Pertanyaan-pertanyaan aksiologis yang harus dijawab
guru adalah: Nilai-nilai apa yang dikenalkan guru kepada siswa untuk diadopsi?
Nilai-nilai apa yang mengangkat manusia pada ekspresi kemanusiaan yang
tertinggi? Nilai-nilai apa yang bener-benar dipegang orang yang benar-benar
terdidik?.
Intinya
aksiologi menyoroti fakta bahwa guru memiliki suatu minat tidak hanya pada
kuantitas pengetahuan yang diperoleh siswa melainkan juga dalam kualitas
kehidupan yang dimungkinkan karena pengetahuan. Pengetahuan yang luas tidak
dapat memberi keuntungan pada individu jika ia tidak mampu menggunakan
pengetahuan untuk kebaikan.
Filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seorang guru mengenai pendidikan, atau merupakan kumpulan prinsip yang membimbing tindakan profesional guru. Setiap guru baik mengetahui atau tidak memiliki suatu filsafat pendidikan, yaitu seperangkat keyakinan mengenai bagaimana manusia belajar dan tumbuh serta apa yang harus manusia pelajari agar dapat tinggal dalam kehidupan yang baik. Filsafat pendidikan secara fital juga berhubungan dengan pengembangan semua aspek pengajaran.
Filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seorang guru mengenai pendidikan, atau merupakan kumpulan prinsip yang membimbing tindakan profesional guru. Setiap guru baik mengetahui atau tidak memiliki suatu filsafat pendidikan, yaitu seperangkat keyakinan mengenai bagaimana manusia belajar dan tumbuh serta apa yang harus manusia pelajari agar dapat tinggal dalam kehidupan yang baik. Filsafat pendidikan secara fital juga berhubungan dengan pengembangan semua aspek pengajaran.
Dengan
menempatkan filsafat pendidikan pada tata praktis, para guru dapat menemukan berbagai pemecahan
masalah pendidikan. Terdapat hubungan yang kuat antara perilaku guru dengan
keyakinannya:
1. Keyakinan
mengenai pengajaran dan pembelajaran. Komponen penting filsafat pendidikan
seorang guru adalah bagaimana memandang pengajaran dan pembelajaran, dengan
kata lain, apa peran pokok guru? Sebagian guru memandang pengajaran sebagai
sains, suatu aktifitas kompleks. Sebagian lain memandang sebagai suatu seni,
pertemuan yang spontan, tidak berulang dan kreatif antara guru dan siswa. Yang
lainnya lagi memandang sebagai aktifitas sains dan seni. Berkenaan dengan
pembelajaran, sebagian guru menekankan pengalaman-pengalaman dan kognisi siswa,
yang lainnya menekankan perilaku siswa.
2. Keyakinan
mengenai siswa akan berpengaruh besar pada bagaimana guru mengajar? Seperti apa
siswa yang guru yakini, itu didasari pada pengalaman kehidupan unik guru.
Pandangan negatif terhadap siswa menampilkan hubungan guru-siswa pada ketakutan
dan penggunaan kekerasan tidak didasarkan kepercayaan dan kemanfaatan. Guru
yang memiliki pemikiran filsafat pendidikan mengetahui bahwa anak-anak berbeda
dalam kecenderungan untuk belajar dan tumbuh.
3. Keyakinan
mengenai pengetahuan berkaitan dengan bagaimana guru melaksanakan pengajaran.
Dengan filsafat pendidikan, guru akan dapat memandang pengetahuan secara
menyeluruh, tidak merupakan potongan-potongan kecil subyek atau fakta yang
terpisah.
4. Keyakinan
mengenai apa yang perlu diketahui, guru menginginkan para siswanya belajar
sebagai hasil dari usaha mereka, sekalipun masing-masing guru berbeda dalam
meyakini apa yang harus diajarkan.
Filsafat dalam Pendidikan dan
Manfaatnya.
Secara sederhana filsafat pendidikan
ialah nilai dan keyakinan-keyakinan filosofis yang menjiwai, mendasari dan memberikan identitas
(karakteristik) suatu sistem pendidikan. Artinya filsafat pendidikan adalah jiwa, roh
dan kepribadian sistem pendidikan nasional.eksistensi suatu bangsa adalah
eksistensi dan ideologi atau filsafat hidupnya, maka demi kelansungan
eksistensi itu ialah dengan mewariskan nilai-nilai ideologi itu kepada generasi
selanjutnya. Adalah realita bahwa jalan dan proses yang efektif untuk ini hanya
melalui pendidikan. Setiap masyarakat, setiap bangsa melaksanakan aktivitas
pendidikan secara prinsip untuk membina kesadaran nilai-nilai filosofis
nasional bangsa itu, baru sesudah itu untuk pendidikan aspek-aspek pengetahuan
dan kecakapan-kecakapan lain.
Pendidikan sebagai suatu usaha membina
dan mewariskan kebudayaan, mengemban satu kewajiban yang luas dan menentukan
prestasi suatu bangsa, bahkan tingkat sosio-budayanya. Sehingga pendidikan
bukanlah usaha dan aktivitas spekulatif semata-mata. Pendidikan secara
fundamental didasarkan atas asas-asas filosofis dan ilmiah yang menjamin
pencapaian tujuan yakni meningkatkan perkembangan sosio-budaya bahkan martabat
bangsa, kewibawaan dan kejayaan negara.
Sedangkan filsafat pendidikan sesuai
peranannya, merupakan landasan filosofis yang menjiwai seluruh kebijaksanaan
dan pelaksanaan pendidikan. Adapun hubungan fungsional antara filsafat dan teori
pendidikan dapat diuraikan :
1. Analisis filsafat merupakan salah
satu cara pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan
problematika pendidikan. Aliran filsafat tertentu akan mempengaruhi dan
memberikan bentuk serta corak tertentu terhadap teori-teori pendidikan yang
dikembangkan atas dasar aliran filsafat tersebut.
2. Filsafat berfungsi memberikan arah agar teori
pendidikan yang telah dikembangkan ahlinya dapat mempunyai relavansi dengan
kehidupan nyata.
3 Filsafat pendidikan mempunyai fungsi
untuk memberikan petunjuk dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi
ilmu pendidikan atau pedagogik.
Fungsi
Pendidikan dalam Kehidupan Manusia sebagai Makhluk Biologis
Fungsi Pendidikan dalam Hidup dan
Kehidupan Manusia. Peranan pendidikan dalam hidup dan kehidupan manusia
sangatlah penting, di mana pendidikan diakui sebagai satu kekuatan yang
menentukan prestasi dan kemampuan di
bidang lain. Hubungan dan interaksi sosial yang terjadi dalam proses pendidikan
di masyarakat mempengaruhi perkembangan kepribadian manusia.
Menurut Prof. Richey (dalam Djumransjah,
2004: 140), istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas mengenai
pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama mengenai
tanggungjawab bersama di dalam masyarakat. Jadi, pendidikan adalah suatu proses
yang lebih luas dari pada proses yang berlangsung di dalam sekolah. Pendidikan
adalah suatu aktivitas sosial yang memungkinkan masyarakat tetap ada dan
berkembang.
Menurut Prof. Lodge (dalam Djumransjah,
2004: 142), kata pendidikan kadang dipakai dalam pengertian yang luas dan
kadang dalam arti yang lebih sempit. Dalam pengertian luas, semua pengalaman
dapat dikatakan sebagi pendidikan.
Dalam pengertian yang lebih luas ini,
hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah proses hidup dan kehidupan
berjalan bersama, tidak terpisah satu dan yang lainnya karena berlangsung dalam
proses bermasyarakat, sehingga tiap pribadi manusia terlibat dengan pengaruh
pendidikan. Sedangkan dalam pengertian yang
lebih sempit, Lodge menguraikan bahwa pendidikan dibatasi pada fungsi tertentu
di dalam masyarakt yang terdiri atas penyerahan adat istiadat (tradisi) dengan
latar belakang sosialnya dengan pandangan hidup dari masyarakat ke generasi
berikutnya, dan demikian seterusnya.
Pendidikan
identik dengan sekolah, yaitu pengajaran formal dalam kondisi dan situasi yang
diatur, yang hanya menyangkut pribadi yang secara sukarela mengikutinya. Dalam kenyataannya
pada masyarakat dan negara-negara maju serta tiap-tiap warga negara dikenakan
wajib belajar untuk tingkat-tingkat tertentu. Hal ini merupakan perwujudan
betapa urgensinya pendidikan bagi manusia.
aktivitas mendidik tentu harus ada
materi yang di didikkan yaitu yang disebut dengan ilmu pengetahuan. Setiap ilmu
pengetahuan berupa materi mengandung nilai didik. Adapun letak perbedaan antara
nilai pendidikan dan efek pedagogis suatu ilmu dan materi, pada hakikatnya
hanya tergantung kepada tujuan yang hendak dicapai sebagai tujuan akhir
pendidikan.
A. Peranan
Lembaga Pendidikan
Adanya lembaga-lembaga pendidikan
sebenrnya merupakan jawaban manusia atas problema perkembangan manusia itu
sendiri. Jika pendidikan akan membina bentuk-bentuk tertentu dengan tingkah
laku tertentu, maka lembaga pendidikan menghendaki perlakuan yang tertentu
pula. Sekolah adalah lembaga pendidikan yang penting setelah keluarga, yang
berfungsi membantu keluarga untuk mendidik anak-anak. Orang tua menyerahkan
anak kepada guru sebagai pendidik profesional untuk memberikan ilmu pengetahuan,keterampilan
dan disiplin ilmu lainnya kepada anak
B. Pendidikan
sebagai Suatu Keharusan Bagi Manusia
Sebagai
Makhluk Biologis Dididik dan mendidik adalah hal yang unik bagi makhluk manusia
yang tidak dapat disangkal lagi. Namun, kita juga sering mendengar bahwa
istilah mendidik itu juga dipergunakan dalam dunia kehewanan, seperti yang
dikemukanan Prof. Lodge dalam bukunya “Philosophy of education” mengatakan
bahwa seekor anjing dapat mendidik tuannya. Ungkapan Prof. Lodge tersebut dapat
pula kita amati pada seekor kucing. Seekor kucing yang beranak, menyusui
anaknya dan membersihkan anaknya dengan air ludahnya, seiring bertumbuhnya sang
anak kucing dilatih dengan berbagai macam gerakan, menerkam dan lari seperti
induknya, setelah besar dan bisa mencari makan sendiri barulah anak kucing itu
dilepas oleh induknya. Contoh tadi rupanya melatar belakangi pendapat Lodge
bahwa binatang juga mendidik anak-anaknya. Binatang juga memelihara, melindungi
dan mengajarkan anak-anaknya hingga mampu berdiri sendiri atau mandiri.
Pertanyaanya adalah, samakah pendidikan yang dilakukan oleh hewan tadi dengan
manusia terhadap manusia (orang tua kepada anaknya)? Jawabannya tentu tidak
sama. Manusia tentu memiliki kelebihan dari binatang, dimana binatang hanya
mendidik anak-anaknya dengan insting.
Tindakan mendidik adalah hal yang khusus
hanya terdapat dalam dunia “kemanusiaan”. Salah satu ciri mendasar tentang
gambaran manusia adalah manusia itu makhluk yang harus dididik, dapat dididik
dan dapat pula mendidik. Dr. M. J. Langeveld melukiskan hal itu dengan kalimat
singkat, animal educandum (manusia adalah makhluk yang harus dididik), animal
educable (manusia adalah makhluk yang dapat dididik), dan Homo edocandus
(manusia adalah makhluk yang dapat mendidik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar